Kutipan dari Najwa Shihab - Halaman 5

Membangun karya dalam sunyi, dengan ikhlas karena cinta pada negeri.

Peraturan seringkali bisa disiasati namun asas kepatutan dan etika janganlah dikhianati.

Satu demi satu lembaga amanah reformasi, ditundukkan rayuan korupsi.

Hukum yang ditegakkan dengan retorika, hanya jadi bahan tertawa belaka.

Wajib bagi pemimpin muda politik, bekerja dengan kesadaran publik.

Politik adalah lautan pragmatisme, kompromi demi kompromi bisa melelehkan idealisme.

Saatnya berbuat dan berkarya, susun rencana sekarang juga, mulailah secepatnya.

Sebab kemerdekaan yang tak diperjuangkan, tidak akan pernah dimenangkan.

Jika ada lembaga yang harus selalu direformasi, tak lain adalah institusi polisi.

Apa gunanya sekolah tinggi-tinggi, jika hanya perkaya diri sendiri dan famili?

Inspirasi menjadi kunci, agar semua mau berpartisipasi. Bahu-membahu perbaiki negeri, bersama-sama mengabdi tanpa henti.

Seumur hidup membebaskan diri dari sistem patriaki, benteng terakhir perlawanan terhadap globalisasi.

Bijak mengelola perbedaan, dalam kerukunan dan bukan permusuhan.

Mereka arungi dua dunia, antara peran & sandiwara, dengan karakter yang sebenarnya.

Waktunya untuk memberi teladan, kekuasaan hanya mulia digunakan untuk pengabdian.

Rakyat perlu para penegak yang berwibawa, bekerja lurus demi keadilan dengan bangga. Karena kita tidak membayar seragam mereka, hanya untuk menegakkan hukum rimba.

Bukan hanya teladan kesuksesan, tapi juga kegagalan dan pergerakan yang dicetuskan.

Inilah kisah yang merusak negeri, terbongkar lewat catatan akuntansi.

Pilkada langsung dan tidak langsung hanya soal cara, mencari pemimpin yang bermutu adalah tujuannya.

Saat pragmatisme menjadi sobat kekuasaan, idealisme yang akan menyemai perlawanan.