Kutipan dari Najwa Shihab - Halaman 21

Kriminalisasi juga harus selekasnya dihentikan, agar orang-orang bersih bisa terlibat tanpa ketakutan.

Menteri-menteri boleh silih berganti tapi Tuan Presiden tak boleh kehilangan arah dan visi.

Mereka mengetuk pintu peradilan dengan keras, saat hak yang paling dasar telah dirampas.

Naiknya berbagai harga seperti isyarat, tentang tahun yang sepertinya akan berat.

Pemilih disiapkan menjadi tameng massa, membela elit yang bersengketa.

Peraturan harus ditegakkan, tapi pakem lama haram dilanggengkan.

Perubahan mutlak diperjuangkan, kadang harus direbut dengan mengepalkan tangan.

Publik jangan memilih secara acak, kandidat harus dinilai berdasar rekam jejak.

Publik seperti dipaksa putus asa, hari-hari pejabat negara masuk penjara.

Represi bukan semata dari aparat negara, tekanan bisa datang dari mereka yang tak siap berbeda.

Sampai kapan politik kita seperti ini, alih-alih mengurus rakyat politisi kita sibuk menghukum moralnya sendiri.

Setiap hidup warga yang sehat jiwa dan raga, membutuhkan kepedulian kuat negara.

Tinggalkan cara-cara lama, yang memilih karena citra.

Tugas demi tugas sudah menunggu di depan mata, kita semua yang harus menuntaskannya.

Wakil rakyat yang baru, presiden yang baru, semuanya harus yang bermutu. Kita semua yang akan memilih, jadi jangan asal pilih.

200 juta lebih rakyat Indonesia, tak bisa diurus secara ala kadarnya.

Alih-alih mewujudkan partisipasi, partai dikendalikan oleh segelitir orang menjadi rumah oligarki.

Birokrasi menjadi pemangsa, seiring lenyapnya daulat warga.

Galak demi membela rakyat lemah, marah karena menyelesaikan masalah. Menampilkan contoh nyata, melawan kepentingan privat yang menggila.

Hidup manusia tidak dianggap mulia, ketika membunuhnya menjadi lebih berguna.