Kutipan dari Boy Candra - Halaman 9

Nanti kita akan bertemu lagi sebagai dua orang teman lama. Kau mungkin rindu masa lalu, aku sudah tak akan lagi begitu.

Tanpa kau sadari. Orang yang kau sepelekan itu, kini jauh melampaui dirimu. Kau hanya banyak bicara. Kau tak menciptakan apa-apa, selain energi berapi-api yang tak berguna hidupmu sia-sia.

Di hari-hari terburukku kau pernah menjadi yang terbaik menemaniku.

Di hatimu aku bukan pengungsi yang setelah merasa aman harus segera pergi.

Kadang kita harus berani memutuskan untuk jatuh cinta pada orang baru agar kita tak menjadi sesuatu yang terjebak dalam masa lalu.

Kamu ingin melakukan apa saja, aku bahkan tidak peduli lagi. Rasa sedih yang dulu bertahan berbulan-bulan itu ternyata perlahan pergi.

Kita sudah selesai. Jalan itu sudah bersimpang. Kapal sudah menepi. Hari-hari lalu biarlah terlewat. Jangan memaksakan tinggal untuk hal-hal yang selayaknya pergi.

Selamat malam orang-orang yang tak dipilih, namun tetap bisa tersenyum dengan bahagia.

Selamat tidur. Kalimat itu pernah ingin kusampaikan, lalu kusimpan, dan kulupakan saja.

Semoga apa pun yang dilakukan dengan tujuan membahagiakan orangtua selalu diberi jalan yang mudah oleh Allah.

Semuanya rencana Tuhan. Kamu harus menjalaninya.

Tidak ada perjuangan yang sia-sia, jika kita sungguh-sungguh dalam menjalaninya.

Beberapa orang mendekat untuk menjadi teman baik yang setia. Beberapa lainnya mendekat untuk memanfaatkan semata.

Bisa jadi setelah belajar melepaskannya, dia malah semakin dekat denganmu. Atau, malah didekatkan yang lebih baik dari dia untukmu.

Di antara pekerjaan-pekerjaan yang membuatmu lelah, semoga menjadi berkah yang berlimpah. Aku mungkin tak selalu ada, semoga kau paham semua demi hal yang lebih baik nantinya.

Kalaulah sampai di sini saja, simpanlah segala yang pernah indah –lupakan hal-hal yang membuat luka dan patah. Kelak kita bertemu, jadilah teman yang baru.

Percayalah, sekuat apapun seseorang, tidak ada satu pun orang yang merasa tidak apa-apa saat hatinya dipatahkan. Nikmati saja proses lukanya. Pelan tapi pasti semuanya akan membaik.

Terima kasih terus menemani dalam hari-hari sulit, dalam lelah beban kerja, dalam segala hal yang dianggap mustahil namun kupercaya bisa nyata.

Biarlah pelan, asal pasti. Biarlah hening, asal berisi.

Kadang, rasa iba hati akan membuat sisa perasaan tumbuh kembali.