Kutipan dari Risda Nur Widia - Halaman 2
Berikut adalah kumpulan kata-kata bijak dan kutipan inspiratif dari Risda Nur Widia. Kutipan-kutipan ini mencerminkan pemikiran, filosofi, dan kebijaksanaan yang telah menginspirasi banyak orang. Temukan inspirasi dan wawasan baru melalui kata-kata yang bermakna mendalam ini.

Risda Nur Widia
Penulis dari Indonesia
1992 -
Menampilkan 21 - 40 dari 84 kutipan
Namun malam ini ia terlihat berbeda. Ia seperti terlahir kembali sangat bahagia.
Oleh sebab itu, dengan origami kertas, aku menyampaikan doa-doa dan harapan-harapanku.
Sebelum aku melarutkan origami-origami itu, aku memeluknya beberapa menit. Aku kemudian dengan pelan-pelan melepaskannya seraya arus air membawa. Air mataku ikut jatuh melihat origami-origami itu menjauh dariku.
Setangkup sunyi itu merambat di udara, menjerat leher, dan merenggut setiap nyawa.
Setiap hari kami bertualang mengumpulkan kemurungan dan rasa kehilangan pada kuncup-kuncup bunga.
Setiap saat aku hanya dipaksa menunggu sebuah kabar murung yang mungkin saja datang terlambat.
Ahh, apakah aku juga dilahirkan seperti sekuntum bunga kesunyian itu? Hidup dari kesedihan dan kenangan muram.
Aku mengumpulkan kenangan dalam setiap tangkai kesuyian; menghirup aromanya yang menggetarkan seraya mengingat-ingat kapan terakhir kali aku merasa bahagia.
Aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan dunia yang kusinggahi. Pun apa yang tampak dan sedang berjalan di sini seperti bukan dalam pengertian duniaku.
Dan setiap memetik bunga itu, aku merasa seakan sedang mengumpulkan kesedihan demi kesedihan dari ratap dan air mata.
Dunia memang bukan diciptakan untuk orang-orang tua sepertinya.
Kau makin terenyak waktu mengetahui sesaat hujan terhenti di pemakaman itu; sedangkan di bagian lain hujan mengempas deras.
Lalu hal yang dapat ia lakukan hanya belari. Ia tidak memiliki tujuan saat berlari atau kapan akan berhenti?
Langit bergemuruh. Rinai hujan akhirnya turun.
Malaikat itu telalu cantik untuk menyiksa anak anak!
Mereka terus berlari, ke lubang-lubang nasib yang kelam; seperti seorang musafir yang kehilangan rumah dan alasan.
Pekik tangis seolah menjadi pemanis kamp setiap hari.
Sebersit cahaya matahari yang menyeruak diiring gerimis; di sanalah pertanda ada malaikat yang sedang ikut berduka atas suatu kejadian.
Sebuah tempat yang dapat membuatnya memiliki alasan untuk pulang; tinggal di dalam dan menghabiskan masa tua hingga malaikat maut mengetuk pintu rumah; menjemput pada batas waktu yang telah ditentukan.
Semakin kita berpikir buruk dan menolak energi alam, bertambah tidak teratur energi di tubuh kita.
Kutipan-kutipan dari Risda Nur Widia di atas merupakan gambaran dari pemikiran dan karya beliau yang telah memberikan inspirasi bagi banyak orang. Setiap kata-kata bijak membawa pesan mendalam yang dapat menjadi refleksi dan pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Semoga Anda menemukan inspirasi dan pencerahan melalui kutipan-kutipan ini.