Kutipan dari Najwa Shihab - Halaman 26

Menunjukkan cara memerintah, menyelesaikan masalah bukan keluh kesah.

Negara dan penguasa boleh kembang-kempis warga dan bangsa harus selalu eksis.

Pemimpin baru harus bisa menjawab kebutuhan, memimpin KPK melewati berbagai karang persoalan. Mutlak mereka yang bernyali, agar keberaniannya tak gampang terkebiri.

Pendidikan memang membuka banyak kesempatan, tapi pendidikan tak otomatis lahirkan kepemimpinan.

Penguasa terus menerus mengawasi, sebab dicurigai berbuat subversi.

Presiden sebagai penunjuk arah, bukan pekerja atau pendengar titah.

Promosi wajah & nama, terjaja tanpa kekuatan isi kepala.

RI satu dan dua pasti hasil koalisi, tapi jangan berhenti sekadar bagi-bagi posisi.

Sebab Indonesia adalah barat, tengah dan timur, tak boleh ada bagian yang jatuh tersungkur.

Sebab nasib kita bukan untuk coba-coba karena aset daerah bukan untuk para penjarah.

Semestinya politisi dipilih karena sudah berbuat, bukan karbitan mendadak.

Semua harus kita yang mengerjakan, tak ada gunanya mengharap uluran tangan.

Terobosan-terobosan yang baru, wajib diambil seorang pembaharu.

Bagaimana kita bisa mencabut nyawa, padahal silaf dan salah adalah manusia.

Bangsa besar tidak didefinisikan penguasanya, melainkan kehendak bebas warganya.

Benarkah hak hidup tak bisa dinegosiasi, meski kejahatannya demikian tak berperi.

Bila egoisme tak diakhiri, pasti ditutup dengan pecah kongsi.

Buat apa bertengkar soal tata-laksana, jika sistem kepartaian justru pokok masalahnya.

Dari seorang Ratu Adil yang diharapkan, hingga pemimpin partai yang terlibat pertikaian.

Di Indonesia sudah menjadi biasa, melihat warga terlunta-lunta.