Kutipan dari Eve Shi - Halaman 3

Bak kerumunan ayam digebrak sapu, anak-anak bertemperasan ke bangku masing-masing.

Belajar bersyukur dari hal-hal yang kecil. Perkara nanti bakal dikasih hal besar buat disyukuri atau enggak, gimana nanti.

Di dunia ini ada beberapa tatar, atau realitas yang berbeda. Dunia yang kita diami sehari-hari, tempat kita tidur, makan, sekolah, itu cuma salah satu tatar. Biar gampang, coba bayangkan semua tatar ini sebagai beberapa kotak. Ada sebagian yang sejajar satu sama lain, ada yang saling bertumpuk. Ada tatar yang didiami mahluk bukan manusia. Kadang antara dua tatar saling bersinggungan, bahkan melebur jadi satu.

Di perpustakaan hanya ada satu pustakawati, Bu April, dan seorang cowok yang keluar begitu Zita datang. Zita menghampiri rak paling pojok dan memilah-milah buku di deretan tengah. Ditariknya sebuah buku bersampul lecek, lalu didorongnya lagi ke tempat semula.

Jangan saling menyalahkan. Itu sama dengan ular yang mengejar ekor sendiri: tak ada habisnya.

Lambat laun kamu akan terbiasa. Kalau tak dihiraukan mereka bosan sendiri.

Liv hanya bisa menatap dengan kengerian tak terperi. Pandangannya seperti terkunci ke sosok itu. Ia melihat tangan anak laki-laki itu terjuntai lemah, lebam oleh bekas pukulan. Lebam yang sama juga melingkari lehernya. Rambut di belakang kepala cowok itu lengket ke kulit, seolah basah. Basah oleh apa, Liv takut menerka.

Meraih mimpi berarti bekerja keras, hari demi hari, terutama bila jalan terbuka.

Orang yang mencela fisik orang lain itu pikirannya dangkal, tak pantas digubris.

PDKT. Perasaan Dipendam Kemudian Ditolak.

Perampok incar siapa saja, tidak peduli orang lagi berduka.

Bagaimanapun, setiap tindakan, netral maupun buruk, punya dampak yang setara.

Cinta tak berarti harus saling berdampingan.

Hati-hati. Teman bisa punya arti lebih. Ini kan zamannya orang menikah dengan teman, bukan pacar.

Ia menuju ke ruang tengah. Acara sedang diselingi iklan. Kepala di atas sofa itu berambut pendek, berarti memang bukan Bunda. Makin dekat Rico menghampiri sofa, kepala itu makin ditelengkan ke arah lain, seolah menghindari kontak mata dengan Rico.

Kemampuan, tak peduli tinggi atau rendah, selalu bisa diasah.

Menanggung kesedihan tanpa bisa mengeluarkannya itu berat sekali.

Orang baik lebih susah dicari daripada orang ganteng.

Pikiran jelek hanya akan mengundang hal jelek.

Tinju dan tendangan tidaklah elegan. Ejekan halus lebih efektif.