Kutipan dari Ajenangelinaa - Halaman 2

Kita tak akan bisa bersama selamanya, kita hanya awan bukan air.

Seteguk kopi mengalir melalui tenggorokan panasnya terasa menghangatkan dada membuat enggan beranjak dari sofa.

Aku benci hujan! Hujan selalu membuat kemalasan menjadi sahabat karibku, membuatku tiba-tiba tidak ingin melakukan apa-apa...

Kamu yang menyukai hujan, kamu yang bilang kalo bunyi nyaring hujan yang memekakan telinga itu adalah teriakan sedih awan-awan yang akhirnya mencair menjadi air.

Kau benar, hujan membuatku terkenang akan kisah sedih. Kisah sedih tentang kita.

Kau selalu mampu menghangatkanku di cuaca sedingin apapun. Dan tiba-tiba aku menginginkanmu, menginginkan tubuh kita berdekatan disaat hujan.

Kau tahu akhir-akhir ini aku sering bermimpi hal yang sama dengan skenario yang berbeda. Semuanya tentang perjalanan.

Memilih menangisi perjalanan itu dengan masa lalu atau menyukuri setiap langkah yang membawamu ke masa depan yang lebih baik.

Sejujurnya aku menyadari aku kadang tidak menjadi diri sendiri. Aku berusaha keras membuat orang lain senang.

Yah apa inti dari memaafkan kalau kau tidak bisa melupakan?

Ah kadang memang kita hanya butuh orang untuk mendengarkan dengan baik. Bukan memberi jutaan solusi.

Bakal bahagia nggak sih kalau kaya gitu? Menikahi seseorang yang kita nggak begitu sayang hanya karena dia baik sama kita.

Kita punya alasan untuk hidup. Setidaknya kita memiliki suatu hal untu diperjuangkan.

Menjadi diri sendiri adalah hal yang susah, setidaknya selama puluhan tahun memikirnya membuatku enggan menjadi diri sendiri.

Namun kemudian ketika kau menjadi dewasa, kau menyadari satu hal. Demi Tuhan kau tak bisa membuat semua orang menyukaimu. Jadi fokuslah pada mereka yang menyayangimu. Jadilah dirimu sendiri.

Tampaknya, aku bukan tipe orang yang senang memikirkan masa lalu dan tetapi aku selalu mengkhawatirkan masa depan.

Aku dan mulutku ini memang lebih suka berbicara. Padahal dengan berbicara terlalu banyak kita tak akan mendapatkan apapun.

Aku rasa aku ingin menulis lagi dan semoga surat ini menjumpaimu dalam keadaan baik-baik saja.

Aku tahu kau tak punya jawaban.

Apakah memaafkn tapi tidak melupakan kesalahan adalah sebenar-benarnya memaafkan?