Kutipan dari Bruno Dumont

Bioskop dibuat untuk memfilmkan bahan: tubuh. Dengan memfilmkan materi, mekanik, pekerja, kita sampai pada spiritual.

Pertarungan antara dua pria memperebutkan seorang gadis sama dengan pertarungan dua pria memperebutkan sebidang tanah. Ini semua tentang keinginan. Tidak ada perbedaan antara cinta segitiga dan konflik antara Israel dan Palestina.

Aktor sudah datang dengan emosi ke tempat kejadian: ketakutan, ketakutan berada di depan kamera. Ketakutan inilah yang memicu emosi dari adegan tersebut. Saya juga takut; Saya tidak tahu persis apa yang saya cari. Di lokasi syuting, kami semua berpartisipasi dalam ketakutan ini bersama-sama.

Anda tidak dapat membuat film seperti yang Anda pikirkan. Dan apa yang ada di pemandangan bukanlah apa yang dilihat. Tembakan selalu memiliki arti selain apa adanya. Semuanya kendaraan. Pemandangan hanyalah kendaraan. Penonton mungkin memikirkan hal yang berbeda, dan saya tidak akan campur tangan.

Bioskop membangun kenangan; film-film hebat terus ada di benak penonton. Kita secara alami mampu dan cenderung bernostalgia. Seorang penonton akan merekonstruksi film yang telah dia lihat, bertahun-tahun kemudian, dan bahkan mungkin mengubah pendapat aslinya. Seorang kritikus, misalnya, pernah menyentuh salah satu film saya; kemudian dia menyurati saya untuk meminta maaf.

Hubungan Anda dengan film, dan bioskop, sangat ditentukan oleh diri Anda sendiri, jadi yang relevan adalah Anda.

Saya bukan Katolik. Saya tidak percaya pada Tuhan. Tetapi pada saat yang sama, saya terobsesi oleh yang suci, oleh spiritualitas. Pertanyaan tentang penebusan telah ada jauh sebelum Kekristenan, tetapi karena orang Prancis agak bodoh, mereka melihat semua itu dalam istilah agama.

Sinema adalah agama saya. Ini adalah cara untuk membuat orang sensitif, melalui emosi. Untuk membuat mereka merasa, rasakan empati. Orang-orang tersentuh dan bertindak secara etis ketika mereka tersentuh secara emosional.