Kutipan dari Ainun Chomsum
Berikut adalah kumpulan kata-kata bijak dan kutipan inspiratif dari Ainun Chomsum. Kutipan-kutipan ini mencerminkan pemikiran, filosofi, dan kebijaksanaan yang telah menginspirasi banyak orang. Temukan inspirasi dan wawasan baru melalui kata-kata yang bermakna mendalam ini.

Ainun Chomsum
Penulis dari Indonesia
Kategori: Penulis (Modern) Negara: Indonesia
Menampilkan 1 - 18 dari 18 kutipan
Dinaungi langit yang muram, perempuan itu datang. Badannya dibungkus mafela kelabu. Hujan baru saja lesap bersama matahari di barat. Rembulan dan bintang sebentar lagi datang. Senja termangu sendiri di tepi cakrawala –singgasananya yang nirmala.
Kadang-kadang kita hanya ingin lari sejenak, pergi sejenak, tanpa kehadiran orang lain dan suara-suara keramaian.
Ini kisah tentang cinta. Sesuatu yang kita rasakan ketika bertemu seseorang… seseorang yang sanggup menghentikan detak jantung dan meluruhkan segenap gelisah.
Di tepi Sungai Piedra aku duduk dan menangis. Ada legenda bahwa segala sesuatu yang jatuh ke sungai ini -dedaunan, serangga, buluburung- akan berubah menjadi batu yang membentuk dasar sungai. Kalau saja aku dapat mengeluarkan hatiku dan melemparkannya ke arus, maka kepedihan dan rinduku akan berakhir, dan akhirnya aku pun melupakan semuanya.
Waktu aku kecil, ibuku pernah bilang, dalam setiap butir hujan yang turun ke bumi, ada satu malaikat yang menenami.
Aku ingin lelehan air mataku di hari Minggu Palma itu mengalir sejauh-jauhnya agar kamu tak pernah tahu, bahwa suatu hari aku pernah menangis untukmu. Lebih tepatnya, mungkin untuk kebodohanku.
Aku ingin menjadi seperti dirimu. Memberi tak mengharap kembali. Engkau bersinar sepanjang hari, memberi napas dan kehidupan bagi penghuni bumi, tapi tak pernah berharap imbalan. Begitu ikhlas. Bagaimana kau bisa begitu?. Kenapa engkau hendak menjadi seperti diriku, memberi tak meminta kembali?. Usahlah kau gusar dan semak hati. Setiap jalan punya tikungannya sendiri. Pada masanya nanti, kau akan sampai juga di ujung jalan itu: kearifan
Hujan di kotaini telah berubah menjadi kutukan. Diam-diam ia telah menjadi malaikat pencabut nyawa atau Dewa Syiwa yang suka merusak apa saja. Bahkan, hujan bisa menjadi monster yang memorak-porandakkan hidup, memisahkan seseorang dari kekasih, keluarga, dan orang-orang yang dicintainya.
…cinta pada pandangan pertama hanya diperuntukkan bagi mereka yang beruntung. Mereka yang kurang beruntung, sebaliknya, harus berurusan dengan cinta pada pandangan terakhir. Cinta bukan hadir pada saat mereka saling menyapa, ketika berkata ‘hai” atau “halo”, tetapi justru pada saat mereka harus berpisah dan saling berucap “selamat tinggal”.
Bagaimana kehilangan tanpa menerbitkan kesedihan?
Bahwa sesuatu yang bukan milik kita memang selalu menggoda untuk kita kuasai, meski pada akhirnya toh selalu berantakan.
Seberapa banyakkah yang benar-benar kita ketahui tentang orang yang kita cintai? Sedikit sekali. Menariknya, semakin lama kita menghabiskan waktu bersama orang yang kita cinta semakin sedikit kita merasa mengenalnya.
Ternyata ada jarak yang begitu jauh antara kedekatan raga dan kedekatan rasa.
Jalan hidup telah membawa kita ke tempat yang berbeda, kita masing-masing sudah memiliki kehidupan sendiri.
Karena bukankah setiap orang memiliki mekanisme tersendiri untuk melarikan diri dari dunia?
Lucu, bagaimana kamu bisa merasa terikat kepada seseorang yang selalu ada untukmu bahkan saat orang-orang terdekatmu tidak menginginkanmu...
Namanya hidup, selalu ada masalah, kan?
Setiap pilihan punya konsekuensi yang harus ditanggung. Dan kita, kita sudah bukan anak-anak lagi.
Kutipan-kutipan dari Ainun Chomsum di atas merupakan gambaran dari pemikiran dan karya beliau yang telah memberikan inspirasi bagi banyak orang. Setiap kata-kata bijak membawa pesan mendalam yang dapat menjadi refleksi dan pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Semoga Anda menemukan inspirasi dan pencerahan melalui kutipan-kutipan ini.